Proposal Penelitian fekon
Kamis, 02 Juni 2016
Proposal Penelitian fekon: ANALISIS PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR ORGANISASI TE...
Proposal Penelitian fekon: ANALISIS PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR ORGANISASI TE...: ANALISIS PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN KARYAWAN PADA KANTOR CABANG PT. BANK PAPUA SENTANI KABUPATEN JA...
ANALISIS PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN KARYAWAN PADA KANTOR CABANG PT. BANK PAPUA SENTANI KABUPATEN JAYAPURA
ANALISIS PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR ORGANISASI
TERHADAP KOMITMEN KARYAWAN PADA
KANTOR CABANG PT. BANK PAPUA
SENTANI KABUPATEN JAYAPURA
PROPOSAL
Diajukan Sebagai Salah Satu
Syarat
Dalam Penulisan Skripsi
Oleh :
LAKIEK SILIP
NIM. 0120440181
JURUSAN
MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS
CENDERAWASIH
JAYAPURA
2016
HALAMAN PERSETUJUAN
ANALISIS PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR
ORGANISASI
TERHADAP KOMITMEN KARYAWAN PADA
KANTOR CABANG PT. BANK PAPUA SENTANI
KABUPATEN JAYAPURA
PROPOSAL
Oleh :
LAKIEK SILIP
NIM. 0120440181
Telah Disetujui Untuk Diseminarkan Dalam Ujian
Seminar Proposal Jurusan Manajemen
Jayapura, Maret 2016
Menyetujui
Ketua Jurusan Manajemen,
Dr. Jack H. Syauta, M.Si., Agr
Nip. 19670619 199601 1 001
ii
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR
ORGANISASI
TERHADAP KOMITMEN KARYAWAN PADA
KANTOR CABANG PT. BANK PAPUA SENTANI
KABUPATEN JAYAPURA
PROPOSAL
Oleh :
LAKIEK SILIP
NIM. 0120440181
Telah diseminarkan dihadapan Tim
Penguji Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi &
Bisnis Universitas Cenderawasih, pada :
Hari / Tanggal :
Jam :
Tempat : Ruang
Rapat FEB UNCEN
Dengan Tim Penguji Sebagai Berikut :
1. Dr. F. Risamasu, SE., M.Sc., Ketua/Anggota (……………………..)
Nip. 19660725 199601 1 001
Dr. Arius A. Kambu, SE., M.Si Sekertaris/Anggota (
………………………)
Nip. 19750426 200112 1 004
2. Drs. Andreas Kuddy, M.Si
Anggota (…………………….. )
Nip. 19580803 198703 1 001
3. Dr. B. Elita Bharanti, SE.,M.Si
Anggota (………………………..)
Nip. 19680416 199601 2 001
4. Agustinus Numberi, SE., MM
Anggota
(………………………)
Nip. 19750820 200312 1 002
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL ………………………………………………………………………………………. i
HALAMAN
PERSETUJUAN ............................................................................................................
ii
HALAMAN
PENGESAHAN ............................................................................................................
iii
DAFTAR
ISI .........................................................................................................................................
iv
DAFTAR
GAMBAR ............................................................................................................................ v
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
.....................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah
.................................................................................................
2
1.3 Tujuan
Penelitian.................................................................................................. 3
1.4 Kegunaan Penelitian
............................................................................................
3
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
……………………………………………………………… 4
2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia
………………………………………….. 4
2.3 Pengembangan Karier …………………………………………………………….. 7
2.3.1 Pendidikan
…………………………………………………………………… 15
2.3.2 Pelatihan
……………………………………………………………………… 20
2.3.3 Mutasi
…………………………………………………………………………. 23
2.3.4 Promosi Jabatan
…………………………………………………………… 25
2.3.5 Tanap Perkembangan Karier
………………………………………... 28
2.3.6 Status
Dan Aplikasi Teori Perkembangan Karier ……………
32
2.4 Komitmen Karyawan ……… …………………………………………………… 35
2.4 Kerangka Penelitian .........................................................................................
41
2.2
Hipotesis Penelitian ..........................................................................................
43
iv
BAB
III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
.......................................................................................
44
3.2 Lokasi Penelitian …………………......................................................................
44
3.3 Populasi dan Sampel .........................................................................................
45
3.4 Jenis dan Sumber Data
.....................................................................................
45
3.5 Teknik Pengumpulan Data
.............................................................................
46
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi
Operasional ........................................ 46
3.7 Instrumen Penelitian
........................................................................................
47
3.8 Analisis Data
.........................................................................................................
48
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menghadapi berbagai
tantangan dan dinamika pengembangan karier, PT. Bank Papua dituntut untuk
memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah. Hal ini diperlukan dalam
rangka meningkatkan komitmen karyawan perusahaan perbankan yang menumbuhkan
kepercayaan nasabah atas pengelolaan dana/tabungan.
Penilaian suatu komitmen karyawan
dalam suatu organisasi perusahaan, termasuk perusahaan perbankan banyak
ditentukan oleh keberhasilan pengembangan karier yang diterapkan karyawan dalam
menghasilkan kinerja. Tudero (2004:65) menyatakan bahwa pengembangan karier (career development) memainkan peranan penting dalam meningkatkan komitmen karyawan untuk
mencapai tujuan suatu organisasi atau perusahaan.
Keberadaan
pengembangan karier juga diperlukan oleh setiap karyawan untuk meningkatkan komitmen
kerja sumber daya manusia. Halmard (2008:24) menyatakan bahwa organisasi yang
maju dan berkembang identik dengan pengembangan karier. Hans (2007:39)
menyatakan pengembangan karier memberikan pengaruh langsung terhadap komitmen
sumber daya manusia. Phoobe dan Steband (2007:140) menyatakan pengembangan
karier dalam suatu organisasi identik dengan peningkatan pendidikan, pelatihan,
mutasi kerja dan promosi jabatan.
Selanjutnya
bagaimana persepsi karyawan terhadap pengembangan kariernya akan membawa
konsekuensi terhadap kepuasan kerjanya di perusahaaan. Karyawan yang mempersepsi pengembangan
kariernya secara positif cenderung mempunyai kepuasan kerja yang tinggi,
sehingga akan menghindari berbagai sikap dan perilaku kerja yang menghambat
pencapaian tujuan organisasi, seperti pemogokan, ketidakhadiran dan perpindahan
kerja. Hal ini dapat menunjukkan karyawan tersebut mempunyai komitmen yang
tinggi. Sebaliknya bila karyawan mempersepsi pengembangan kariernya secara
negative maka karyawan tersebut akan mempunyai kepuasan kerja yang rendah.
Mathieu dan Zajac (1990) menyatakan bahwa kepuasan kerja karyawan yang rendah
akan mengakibatkan komitmen karyawan terhadap perusahaan menjadi rendah pula,
karena itu secara tidak langsung persepsi seorang karyawan terhadap
pengembangan kariernya akan mempengaruhi tingkat komitmen terhadap perusahaaan.
Dalam hal ini,Kompetensi dan
produktivitas karyawan senantiasa menjadi fokus PT. Bank Papua untuk terus ditingkatkan demi mendukung
kelangsungan bisnis dan pencapaian target perusahaan yang optimal. Selain itu,
lingkungan kerja yang sehat juga memiliki peran penting guna memotivasi
karyawan untuk terus memberikan sumbangsih yang terbaik yang dimilikinya untuk
perusahaan. PT. Bank Papua memberikan
kesempatan kepada seluruh karyawan untuk dapat mengikuti program pendidikan dan
pelatihan bagipengembangan wawasan dan keahlian.
Bertolak dari latar
belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “
Analisis Pengaruh Pengembangan Karier Organisasi Terhadap Komitmen Karyawan
Pada Kantor Cabang PT. Bank Papua Sentani Kabupaten Jayapura. ”
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh pengembangan
karier berdasarkan pendidikan dan pelatihan, serta mutasi dan promosi jabatan
terhadap komitmen karyawan pada Kantor Cabang
PT. Bank Papua Kabupaten Jayapura?
2. Diantara pengembangan karier tersebut, manakah yang memiliki pengaruh
paling dominan terhadap komitmen karyawan pada Kantor Kantor Cabang PT. Bank Papua Kabupaten Jayapura?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian
yang ingin dicapai adalah
1. Untuk menganalisis pengaruh pengembangan karier berdasarkan pendidikan
dan pelatihan, serta mutasi dan promosi jabatan terhadap komitmen karyawan pada
Kantor Kantor Cabang PT. Bank Papua
Kabupaten Jayapura
2. Untuk menganalisis pengembangan karier yang memiliki pengaruh paling
dominan terhadap komitmen karyawan pada Kantor Kantor Cabang PT. Bank Papua Kabupaten Jayapura.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Bagi lokasi penelitian, sebagai bahan masukan bagi Kantor Cabang PT. Bank Papua Sentani Kabupaten Jayapura
dalam rangka meningkatkan komitmen karyawan melalui pengembangan karier.
2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan akan
memperkaya perkembangan teori-teori manajemen sumber daya manusia, serta
menjadi sumbangan pemikiran bagi penelitian lainnya yang ingin meneliti lebih
jauh dan mendalam terhadap hal-hal yang belum terungkap dalam penelitian ini.
3. Bagi peneliti, menjadi hal yang
bermanfaat dalam memahami pengembangan karier dengan komitmen karyawan.
4. Sebagai salah satu syarat akademik dalam penyelesaian studi pada
Fakultas Ekonomi & Bisnis Universiatas Cenderawasih.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Penelitian Terdahulu
Unuk mendukung hasil penelitian
yang telah dilaksanakan maka perlu diutarakan hasil-hasil penelitian berupa
sebagai pembanding sebagai berikut :
2.1.1Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia bersifat universal
untuk meningkatkan pencapaian tujuan organisasi. Teori Weber tentang “struktur
fungsi organisasi” disebutkan oleh Mangkunegara (2005:7) menyatakan bahwa
manajemen sumber daya manusia menjadi penting dan utama dalam memperkuat
pencapaian tujuan organisasi. Landasan teori ini yang digunakan menjadi
kerangka ilmu pengetahuan yang sistematis, mencakup kaidah-kaidah,
prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang cenderung benar dalam setiap kondisi
managerial, dalam mengkaji kualitas sumber daya manusia.
Defenisi manajemen
sumber daya manusia menurut Follet (2004:2) bahwa manajemen sumber daya manusia
sebagai seni dan ilmu yang menyelesaikan segala bentuk pekerjaan melalui
pengembangan potensi manusia. Defenisi ini mengandung arti bahwa sumber daya
manusia dalam mencapai tujuannya, yang tertuang dalam tujuan individu maupun dalam
tujuan organisasi, senantiasa melaksanakan tugas sesuai dengan nilai manfaat
dan keuntungan dari aktivitas kerja, yang kemudian melahirkan teori Follet
tentang potensi manajemen sumberdaya manusia .
Stoner (2004:8)
menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia pada penilaian makna istilah
tersebut dibagi atas tiga pengertian yaitu: manajemen, sumber daya, dan
manusia. Manajemen diartikan segala bentuk pengelolaan proses potensi yang
dimiliki dari anggota organisasi dan berbagai penggunaan potensi organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi. Sumber daya diartikan segala bentuk potensi
yang dikelola, diproses, dimanfaatkan dan digunakan untuk menghasilkan output
yang digunakan dalam mencapai tujuan organisasi. Sedangkan manusia adalah bagian
dari manajemen dan sumber daya yang mengelola dan menjadi pelaku utama didalam
serangkaian aktivitas kegiatan manajemen dan sumber daya untuk mencapai tujuan
organisasi.
Kedua pendapat
tersebut di atas memberikan suatu pengertian bahwa manajemen sumber daya
manusia, menjadi suatu ilmu dan seni yang sangat penting didalam mengembangkan
potensi manusia dan organisasinya, untuk melakukan serangkaian proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sebagai upaya-upaya
untuk mengembangkan aktivitas manusia dalam mencapai tujuan organisasi sesuai
dengan tingkat pengembangan karier dan komitmennya.
Mengidentifikasikan
berbagai permasalahan dan defenisi mengenai manajemen sumber daya manusia
merupakan suatu permasalahan yang sulit. Tentu kesulitan tersebut karena
kualitas sumber daya manusia ditinjau secara kompleks dari sudut eksistensi
bahwa kualitas sumber daya manusia memiliki serangkaian aktivitas yang
melibatkan individu atau kelompok dari sumber daya manusia untuk menjalankan
kegiatannya sesuai pengembangan karier dan komitmen dalam mencapai tujuan
organisasi.
Berarti identifikasi
dari definisi manajemen sumber daya manusia sangat berkaitan dengan berbagai
kegiatan yang dilakukan oleh individu sumber daya manusia dalam mengembangkan
unsur-unsur organisasi untuk mencapai tujuannya, sehingga menurut Gulick
(2004:11) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia sebagai suatu bidang
ilmu pengetahuan (science) yang secara sistematis memahami mengapa dan
bagaimana manusia sebagai sumber daya bekerja untuk mencapai tujuan dan membuat
sistem kerja yang bermanfaat dan berguna bagi kepentingan organisasi yang
terlihat dari pengembangan karier dan komitmen yang dimilikinya.
Tinjauan mengenai
manajemen sumber daya manusia sebagai suatu profesi kerja dikemukakan oleh
Schein (2004:14) yang menguraikan karakteristik atau kriteria suatu profesi
dalam kegiatan kualitas sumber daya manusia mempunyai hubungan antara
pengembangan karier dan komitmen sesuai tingkat pengembangan pengetahuan,
keterampilan, keahlian, dan sikap yang memandang :
1. Manajemen kualitas sumber daya manusia sebagai profesi yang didalamnya
terdapat sistem, prinsip mengenai manajemen tertentu yang harus dikembangkan
dan ditangani sesuai dengan komitmen.
2. Manajemen sumber daya manusia sebagai status yang menjadi standar
profesi dalam menghasilkan komitmen.
3. Manajemen sumber daya manusia dijalankan berdasarkan komitmen yang kuat
sesuai dengan kode etik profesi kerja.
Manajemen telah berkembang menjadi bidang yang
semakin professional menuntut setiap sumber daya manusia untuk mengembangkan
kualitas yang dimiliki tersebut dalam berbagai bidang aplikasi kerja. Aplikasi
bidang kerja tersebut diterapkan berdasarkan tingkat kebutuhan dinamika kerja sesuai
dengan berbagai bentuk pengembangan manajemen yang secara hirarki dibagi
berdasarkan implementasi manajemen operasional, manajemen lini pertama,
manajemen menengah, dan manajemen puncak, yang tidak terlepas dari kualitas
yang dimiliki terhadap peningkatan pengembangan karier dan komitmen.
Kaitan manajemen sumber daya manusia dengan
komitmen sumber daya manusia, dipahami bahwa teori-teori manajemen sumber daya
manusia dikembangkan bertujuan untuk meningkatkan komitmen sumber daya manusia.
Komitmen dalam tinjauan manajemen sumber daya manusia, sebagaimana yang
diterapkan oleh Nelson (2004:72) menyatakan bahwa komitmen sumber daya manusia
ditentukan oleh manajemen sumber daya manusia yang memiliki pengembangan karier
kerja sesuai dengan sikap, pengetahuan, keterampilan dan keahlian dalam
menghadapi dinamika kerja yang terus maju dan kompetitif menghadapi berbagai
kesenjangan dan permasalahan suatu organisasi kerja guna meningkatkan komitmen
sumber daya manusia.
Penjelasan ini tentu sangat sesuai dengan
bentuk-bentuk variabel yang mempengaruhi komitmen yang dibutuhkan dalam
manajemen sumber daya manusia dalam menetapkan tujuan yang sesuai dengan
aplikasi dinamika kerja sumber daya manusia dalam mengembangkan :
1. Organisasi memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) untuk mencapai tujuan
organisasi sesuai komitmen.
2. Individu sumber daya manusia dalam suatu organisasi melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang konsisten dengan berbagai tujuan organisasi.
3. Memajukan organisasi tidak terlepas dari komitmen yang ditunjukkan
sumber daya manusia.
2.1.2 Pengertian Karier
Karier adalah
perjalanan yang dilalui seseorang selama hidupnya. Handoko (2004) menyatakan
bahwa karier adalah semua pekerjaan atau jabatan yang ditangani atau dipegang
selama kehidupan kerja. Karier menunjukkan perkembangan para karyawan secara individual dalam jenjang jabatan atau
kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi.
Feldam (2005)
menyatakan istilah karier tidak hanya berhubungan dengan individu yang
mempunyai pekerjaan yang statusnya tinggi atau yang mendapat kemajuan cepat.
Istilah karier sedikit banyak telah didemokratisasi. Saat ini karier
menunjukkan rangkaian atau urutan pekerjaan/jabatan yang dipegang oleh orang-orang
selama riwayat pekerjaannya, tidak pandang tingkat pekerjaan atau tingkat
organisasinya.
Karier tidak hanya
menunjukkan perubahan pekerjaan gerak vertikal naik dalam suatu organisasi.
Meskipun sebagian besar karywan masih berusaha mencapai kemajuan, akan tetapi
banyaknya orang yang menolak pekerjaan yang lebih berat tanggungjawabnya untuk
tetap dalam jabatan yang sekarang dipegang dan disukainya. Irianto (2001)
memaknaik karier dalam dua pendekatan yaitu pendekatan pertama memandang karier
sebagai pemilikan (aproperty) dan occupation atau organisasi di mana karier dilihat sebagai jalur mobilitas di dalam
organisasi yang tunggal. Pendekatan kedua memandang karier sebagai properti
atau kualitas individual dan bukan okupsi atau organisasi.
Pengembangan karier seperti promosi
sangat diharapkan oleh setiap karyawan karena dengan pengembangan ini akan
mendapatkan hak-hak yang lebih baik dari apa yang diperoleh sebelumnya baik
terial maupun non material. Handoko (2004) menyatakan pengembangan karier
adalah peningkatan pribadi yang dilakukan untuk mencapai suatu rencana karier.
Menurut Simamora
(2005) proses pengembangan karier dalam suatu pendekatan formal yang diambil
organisasi untuk memastikan bahwa orangorang dengan kualifikasi dan pengalaman
yang tepat tersedia pada saat dibutuhkan,
sehingga pengembangan karier dapat dikatakan suatu kondisi yang menunjukkan
adanya peningkatan status seseorang dalam organisasi dalam jalur karier yang
telah ditetapkan dalam organisasi yang bersangkutan.
Pengembangan karier
yang dilaksanakan melalui pembinaan karier dan penilaian sistem prestasi kerja
dan sistem karier pada umumnya melalui kenaikan pangkat, mutasi jabatan serta
pengangkatan dalam jabatan. Setiap karyawan dalam meniti kariernya diperlukan
adanya pengembangan karier untuk menggunakan kesempatan karier yang ada.
Handoko (2004) menyatakan manajemen karier mengarahkan dan mengontrol jalur
karier karyawan. Karena hal ini ada hubungannya dengan pengembangan karyawan, fungsi
pengembangan karier menentukan tujuan untuk pengembangan karyawan secara
sistematis, sehingga tujuan karier telah disetujui maka kegiatan pengembangan
karier dapat dipilih dan disalurkan dalam suatu arah yang berarti bagi individu
maupun bagi organisasi.
Berdasarkan pengertian
tersebut, terlihat bahwa pengembangan karier harus dilalui dengan penyusunan
prasyarat yang harus dimiliki oleh seorang karyawan guna mendukung peningkatan
kariernya. Prasyarat itu sifatnya saling mendukung, dalam arti setiap
peningkatan karier seorang karyawan harus melalui beberapa kriteria yang sudah
ditentukan seperti prestasi, bobot tugas/pekerjaan, lowongan jabatan, efisiensi
dan lainnya.
Pelaksanaan
tanggungjawab pengembangan karier seharusnya diterima bukan sekedar promosi ke
jabatan yang lebih tinggi, tetapi sukses karier yang dimaksudkan seorang
karyawan mengalami kemajuan dalam bekerja, berupa perasaan puas dalam setiap
jabatan yang dipercayakan oleh organisasi (Moekijat, 1999).
Model pengembangan
karier yang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 mencakup:
1. Pendidikan meliputi item pendidikan dasar (SD, SLTP), pendidikan umum
(SMU) dan Perguruan Tinggi.
2. Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan meliputi item: Diklat Kepemimpinan
II dan Diklat Kepemimpinan III.
3. Masa kerja: lamanya kerja karyawan dalam tahunan seperti 0-5 tahun, 6-10
tahun, 11-15 tahun, 16-20 tahun dan lebih dari 20 tahun.
4. Pangkat atau golongan > IV/a,
III/d – III/a, kurang atau dengan II/a.
5. Jabatan meliputi item: kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab,
wewenang hak seorang karyawan.
Kunci
pengembangan karier berdasarkan teori Friedman dan Arnold dalam Moekijat (1999)
yaitu pertama, organisasi harus menilai karyawan secara berkala sepanjang
karier untuk mengetahui kekuatan individu yang dapat dipergunakan dalam
pekerjaan lain dalam organisasi dan untuk memperbaiki kelemahan individual yang
merintangi jalannya karier.
Kedua, organisasi
harus dapat memberikan informasi yang lebih realistic kepada karyawan tidak
hanya apabila organisasi itu mengambil keputusan mengenai penerimaan karyawan,
tetapi juga apabila mengambil keputusan mengenai promosi. Ketiga, kegiatan
pengembangan karier menjadi amat sukses apabila kegiatan itu dikoordinasi
dengan kegiatan-kegiatan lain dalam manajemen sumber daya manusia, seleksi,
latihan, perencanaan sumber daya manusia dan penilaian prestasi kerja. Keempat,
pengembangan karier besar sekali kemungkinan berhasil apabila penyedia lini
terlibat.
Pengembangan karier dapat berhasil
dengan baik apabila diintegrasikan dengan fungsi-fungsi pokok kekaryawanannya
lainnya. Program penilaian kerja maupun pelatihan dapat dipergunakan untuk
rekomendasi tentang perpindahan pekerjaan dan untuk memperkirakan kebutuhan
akan tenaga kerja di masa akan datang.
Moekijat (1999)
menyatakan unsur karier yang baik adalah adanya penghargaan yang wajar terhadap
masa kerja, kesetiaan, pengabdian, pengabdian, sehingga karyawan yang
berpengalaman, setia mengabdi kepada negara pemerintah dan tugas kewajibannya
akan mendapat penghargaan selayaknya. Selain itu, dalam sistem karier seseorang
dapat naik pangkat dan jabatan berdasarkan masa kerja sudah tentu memperhatikan
kecakapan,
prestasi kerja, kesetiaan dan sebagainya.
Gibson (2002)
mengemukakan ada empat karakteristik dalam penilaian individu berkaitan dengan
kesesuaian yaitu prestasi, sikap, keadaptasian karier dan identitas karier.
Dalam prestasi karier, gaji dan posisi merupakan indicator yang lebih popular
tentang prestasi karier (career performance). Khususnya semakin cepat kenaikan gaji seseorang dan semakin menapak
jenjang hirarki, semakin tinggi pula prestasi karyawan.
Sikap karier (career attitude) mengacu pada
seseorang memandang dan menilai karier. Orang yang mempunyai sikap karier
positif juga akan mempunyai persepsi dan penilaian yang positif atas karier.
Sikap karier positif lebih mungkin sesuai dengan tuntutan karier dan peluang
yang konsisten dengan kepentingan, nilai-nilai kebutuhan dan kemampuan
individu.
Profesi selalu berubah
yang menuntut adanya pengetahuan dan keahlian baru untuk mempraktekkannya.
Orang yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut akan menerimanya
dalam praktek karier dan menghadapi risiko ketinggalan jaman. Keadaptasian
karier menunjukkan aplikasi pengetahuan, keahlian dan teknologi mutakhir dalam
perjalanan karier.
Identitas karier (career identity) terdiri dari dua komponen utama yaitu:
1. Sejauh mana orang memiliki
kesadaran yang konsisten tentang kepentingan, nilai da harapan bagi masa depan.
2. Sejauh mana orang-orang memandang hidup konsisten sepanjang waktu,
Sejauh mana melihat diri sendiri sebagai masa lalu.
Untuk mencapai adanya kesesuaian perlu penempatan orang yang tepat pada
tempat yang tepat, artinya seorang karyawan ditunjuk menduduki suatu jabatan
haruslah mempunyai pangkat yang sesuai untuk jabatan itu (Nainggolan, 2004).
Sumber daya manusia
merupakan salah satu sumber daya yang terdapat dalam organisasi yaitu meliputi
semua orang yang melakukan aktivitas. Nawawi (1999:274) mengemukakan bahwa
sumber daya manusia pada organisasi pemerintah adalah personalia atau aparatur
atau karyawan yang bekerja dilingkungan organisasi non profit. Berdasarkan istilah
tersebut manajer sumber daya manusia di lingkungan pemerintahan disebut Kepala
(biro atau bidang atau bagian atau seksi atau urusan) personalia atau
kekaryawanan sesuai dengan perangkat organisasi masing-masing”.
Cory and Bruno (1999:15) mengemukakan bahwa “Human Resources Management
(HRM) is the utilization of the firm human resources to Achievencent
organization goals (manajemen sumber daya manusia yang
dimiliki untuk tujuan
organisasi). Oleh karena itu Cory
Bruno mendefinisikan manajemen sumber daya manusia sebagai manajemen
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk menarik, membangun, memotivasi dan memelihara tenaga kerja
berkinerja tinggi di dalam
berorganisasi. Edwin B.Flippo dalam Moekijat (2000:3) mengemukakan bahwa pengembangan karier
diterapkan melalui kegiatan perencanaan, pengorganisasian, direktif dan pengawasan dalam rangka pengadaan, pengembangan, pemberian
kompetensi, pengintegrasian dan pemeliharaan untuk mencapai tujuan organisasi individu-individu dan
masyarakat secara keseluruhan.
Undang-undang RI No. 43
Tahun 1999 tentang Perubahan atas UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
kekaryawanan bahwa Manajemen Karyawan Negeri Sipil diarahkan untuk menjamin
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan
berhasil guna. Untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan
pembangunan, diperlukan karyawan negeri sipil yang profesional,
bertanggungjawab, jujur, dan adil melalui pembinaan yang dilaksanakan
berdasarkan sistem prestasi kerja dan system karier yang dititikberatkan pada
sistem prestasi kerja. Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang
sebesar-besarnya, diadakan pengaturan pendidikan serta pengaturan dan
penyelenggaraan latihan jabatan karyawan negeri sipil yang bertujuan untuk meningkatkan
pengabdian, mutu, keahlian, kemampuan, dan pelatihan.
Dengan demikian
manajemen kekaryawanan itu berhubungan dengan masalah-masalah kekaryawanan
dalam suatu organisasi dan karyawankaryawan dipandang sebagai
individu-individu, bukan sebagai kelompok orang (Moekijat, 2000 : 7).
Sumber daya manusia
sudah dikenal sejak timbulnya interaksi antara manusia yang selalu mencari alat
untuk mencapai tujuan dan sesuatu di luar diri manusia itu sendiri. Sumber daya
manusia merupakan hasil dari akal budi disertai pengetahuan dan pengalaman yang
dikumpulkan dengan penuh kesadaran melalui jerih payah dan perjuangan berat.
Siagian (2000:17) menyatakan bahwa sumber daya manusia yang biasa disebut manpower adalah kemampuan yang dimiliki setiap manusia.
Sumber daya manusia biasanya sangat
ditentukan oleh adanya tiga unsur yang dalam satu organisasi sering saling
terkait dengan tingkat pendidikan, pelatihan dan bentuk-bentuk perubahan
lingkungan kerja (mutasi) yang sedikit banyaknya mempengaruhi pengembangan
karier sebagai unsur utama dan pertama dalam setiap aktivitas yang dilakukan
manusia.
2.1.3
Pengembangan Karier
Pengembangan karier merupakan segala usaha
yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan
moral sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan
latihan. Hasibuan (2001:88) menyatakan bahwa pengembangan karier mengacu pada
masalah staf dan personil dalam proses pendidikan jangka panjang menggunakan
suatu prosedur yang sistematis dan terorganisir di mana manajer belajar
pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum, yang sesuai dengan
perubahanperubahan dalam lingkungan kerja yang biasanya berupa mutasi kerja.
Pengembangan karier merupakan proses peningkatan
pelatihan kerja baik teknis maupun manajerial. Mathis dan Jackson (2002:27)
menjelaskan definisi pengembangan karier sebagai pertumbuhan kemampuan yang
terjadi jauh melampaui apa yang dituntut dalam suatu pekerjaan dan dalam hal
ini sumber daya manusia berperan penting dalam maju mundurnya suatu organisasi.
Berdasarkan uraian pernyataan di atas, dapat
diartikan bahwa pengembangan karier hendaknya disusun secara cermat dan
didasarkan pada metode-metode ilmiah serta pedoman pada pelatihan yang
dibutuhkan organisasi saat itu maupun yang akan datang. Pengembangan karier
harus bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan
moral karyawan supaya prestasi kerjanya dapat mencapai hasil optimal. Suatu
pengembangan karier dapat dilihat sebagai pertumbuhan kemampuan yang terjadi
jauh melampaui apa yang dituntut dalam suatu pekerjaan. Adanya pengembangan
karier sangat menguntungkan bagi suatu organisasi dalam meningkatkan kemampuan
organisasinya untuk berkompetensi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
yang kompetitif.
Dalam suatu
organisasi, senantiasa berupaya agar tujuan dari organisasi dapat tercapai
dengan baik. Organisasi sangat tergantung pada baik buruknya pengembangan
karier dari organisasinya. Pengembangan karier akan dapat dilakukan dengan baik
dan benar jika para pengembang mengetahui apa dan bagaimana sumber daya manusia
itu. Pengembangan karier didasarkan pada faktor bahwa seseorang karyawan akan
membutuhkan serangkaian pengetahuan, pelatihan dan mutasi kerja yang berkembang
supaya bekerja dengan baik dalam suksesi posisi yang ditemui selama kariernya.
Persiapan karier jangka panjang dari seorang karyawan untuk serangkaian posisi
inilah yang biasa disebut pengembangan. Pengembangan mempunyai ruang lingkup
yang luas dan lebih terfokus pada kebutuhan jangka panjang organisasi.
Hasibuan, (2001:34) menyatakan bahwa pengembangan karier meliputi pendidikan,
pelatihan dan mutasi.
Pengembangan karier
merupakan tahap atau bagian dari proses perencanaan sumber daya manusia secara
keseluruhan. Dijelaskan bahwa pendidikan bertujuan untuk pengembangan individu.
Pelatihan bertujuan untuk merespon apa yang dikehendaki organisasi. Sedangkan
mutasi dalam hal ini membuat karyawan dapat bertindak sesuai dengan keinginan
berdasarkan cara/prosedur yang telah ditetapkan.
Pendidikan, pelatihan
dan mutasi merupakan suatu alat yang memungkinkan tentang respon individu untuk
ditingkatkan atau tidak, pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan secara
menyeluruh.
Berdasarkan definisi di atas, jelaslah bahwa pengembangan karier melalui
pendidikan, pelatihan dan mutasi sangat diperlukan dalam rangka peningkatan
kemampuan sumber daya manusia. Mathis dan Jackson (2002:52) menyatakan bahwa
kebijakan akan pengembangan karier mempunyai dua pendekatan pengembangan yaitu
di tempat kerja dan diluar tempat kerja melalui pendekatan peningkatan
pendidikan, pelatihan dan terjadinya mutasi dalam suatu lingkup organisasi.
Uraian-uraian di atas diketahui bahwa metode
pengembangan karier harus didasarkan pada sasaran organisasi yang ingin dicapai
yaitu:
a. Meningkatkan pengetahuan tentang pekerjaan atau technical skill.
b. Meningkatkan kemampuan pelatihan teknis dalam mengerjakan pekerjaan atau
technical skill.
c. Melakukan mutasi dalam memberikan pengalaman dan pengembangan terhadap
suatu nuansa aktivitas kerja yang lebih maju.
Mathis dan
Jackson (2007) menyatakan sumber daya manusia dalam organisasi perlu dididik,
dilatih dan dimutasi untuk mewujudkan efektivitas pengembangan karier.
Secara keseluruhan
dapat dipahami bahwa pengembangan karier dalam suatu perusahaan pada dasarnya
dikembangkan atas empat fokus yaitu pendidikan, pelatihan, mutasi dan promosi
jabatan.
1. Pendidikan
Pendidikan adalah
suatu upaya sadar dan terencana untuk dapat memberikan suatu wahana dan wawasan
tentang pengetahuan kerja dan cara mengerjakan pekerjaan sesuai orientasi
kemajuan pekerjaan. Akan berbeda karyawan yang memiliki pendidikan yang tinggi
dengan karyawan yang tidak memiliki pendidikan tinggi.
Aktualisasinya dapat
di lihat bahwa karyawan yang memili pendidikan, dalam melaksanakan aktivitas
kerjanya lebih mudah mengembangkan dan lebih memahami tentang perencanaan
kerja, dan metode pelaksanaan pekerjaan hingga keberhasilan menjalankan
pekerjaan dengan baik dibandingkan dengan karyawan yang memiliki pendidikan
yang rendah cenderung memperlihatkan ketidaktahuan dan kelambatan dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan bahkan cenderung terbekalai.
Indikator dalam
menentukan suatu peningkatan pendidikan karyawan dapat dilihat dari pendidikan
formal yang ditamati, sebagai bukti bahwa karyawan tersebut memiliki
pengetahuan dan wawasan kerja sesuai dengan tingkat pendidikan, latar belakan
pendidikan dan penguasaan disiplin ilmu, sehingga dapat dibedakan antara
karyawan yang berpendidikan S3, S2, S1, Diploma, SMA, SMP dan SD. Artinya,
makin tinggi pendidikan yang dimiliki maka akan memudahkan di dalam
mengembangkan sumber daya manusianya pada suatu organisasi.
Keberhasilan suatu
kegiatan organisasi dalam menerapkan fungsi manajemen dengan baik dalam suatu
organisasi banyak ditentukan oleh tingkat peran dan andil dari individu sumber
daya manusia. Individu sumber daya manusia yang dapat merancang, merencanakan,
mengendalikan dan mengembangkan suatu kegiatan pengelolaan dengan baik adalah
individu yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang cukup tentang dinamika
kerja yang dihadapinya dan cara-cara mengembangkan suatu aktivitas kerja, yang
tidak terlepas dari peran pendidikan individu sumber daya manusia baik dilihat
dari jenjang pendidikan, latar belakang pendidikan dan disiplin ilmu yang
dimilikinya. Hasibuan (2001 : 69), mengemukakan bahwa pendidikan adalah concerned with increasing general knowledge and understanding
our total environment’. Pendidikan adalah berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan
pemahaman atas lingkungan kita secara menyeluruh.
Pendapat tersebut
merupakan pemahaman bahwa suatu pendidikan adalah suatu peningkatan secara umum
mengenai pengetahuan dan pemahaman tentang kondisi lingkungan secara menyeluruh
tentang berbagai hal yang perlu diketahui. Dalam suatu organisasi lingkungan
yang dimaksud adalah lingkungan kerja yang harus diketahui berdasarkan
pemahaman dan pengetahuan tentang seni dan ilmu mengkondisikan suatu dinamika
kerja yang dihadapi dalam rangka mewujudkan suatu aktivitas pengelolaan dunia
kerja yang sesuai dengan pengembangan fungsi ilmu manajemen. Martoyo (1996:19),
menyatakan bahwa pendidikan mempunyai pengaruh langsung yang dengan cepat
merubah cara berpikir seseorang dengan penambahan ilmu pengetahuan seseorang
dapat bersikap simpatik dan berpandangan luas. Proses tersebut di dapat melalui
berbagai lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta, keluarga dan masyarakat.
Pendapat ini
merupakan pendapat tentang pentingnya suatu pendidikanyang memiliki suatu efek
yang langsung berdampak terhadap cara berpikir seseorang dalam memahami lingkungan
kerjanya dengan mengelola suatu fungsi manajemen, di mana dasar-dasar pemahaman
manajemen tersebut dapat diperolehnya melalui lembaga pendidikan baik formal
maupun informal. Lembaga formal dapat melalui lembaga pendidikan sekolah baik
negeri maupun swasta, sedangkan lembaga informal dapat melalui pendidikan
keluarga dan pengembangan pemberdayaan masyarakat melalui paket pengelolaan
manajemen kemasyarakatan. Cahyono (1992:227), mengatakan bahwa pendidikan
adalah suatu pembinaan dalam proses perkembangan manusia, dimana manusia itu
belajar untuk berfikir sendiri dan mendorong berkembangnya kemampuan-kemampuan
dasar yang ada.
Pengertian pendidikan
yang telah diuraikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya
pengaruh pendidikan itu bagi karyawan dalam suatu organisasi, mengapa dikatakan
demikian, karena dengan adanya pendidikan yang diberikan kepada karyawan secara
tidak langsung mampu menerapkan ilmu pengetahuan secara teoritis yang
didapatkan selama mengikuti pendidikan sesuai latar belakang dan disiplin ilmu
yang ditekuni.
Pendidikan karyawan
disini adalah kegiatan pengembangan karier, untuk meningkatkan total dari
karyawan diluar kemampuan dibidang pekerjaan atau jabatan yang dipegang saat
ini. Hasbullah (2005 : 53) mengemukakan ditinjau dari sudut tingkatan bahwa
jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan formal untuk pendidikan tinggi terdiri
dari Akademi, Institut, Sekolah Tinggi, dan Universitas, yang didalamnya sudah
termasuk jalur pendidikan melalui Diploma Tiga, Strata Satu, dan Strata Dua.
Sehubungan dengan hal
tersebut jika dikaitkan dengan pengembangan sumberdaya manusia melalui
pendidikan tersebut diberikan kesempatan untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan pada pendidikan tinggi dalam hal ini adalah perguruan tinggi negeri
maupun swasta seperti diploma tiga, strata satu, dan strata dua, yang tujuannya
untuk peningkatan kemampuan secara teoritis dalam pelaksanaan tugas pokok, sehingga
antara teori dan praktek menjadi suatu yang sinkron dan saling mendukung di
dalam meningkatkan kemampuan pengembangan sumberdaya manusia yang sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
Dalam
suatu organisasi atau unit kerja yang ditempatkan sumber daya manusia aparatur
atau karyawan baru, untuk suatu jabatan tertentu atau dimana karyawan lama
ditugaskan memangku jabatan baru, bila diharapkan karyawan tersebut sukses
mengerjakan tugas-tugasnya, perlulah karyawan tersebut ikut pendidikan dan pelatihan
terlebih dahulu. Seorang karyawan yang ditugaskan untuk menjabat sesuatu
jabatan tertentu, ia memang sudah mempunyai pendidikan, namun belum cukup. Agar
ia mampu mengerjakan tugasnya dengan baik, maka ia masih perlu diberikan
pendidikan dan pelatihan khusus.
Pendidikan dan pelatihan (pelatihan)
sesungguhnya tidak sama. Walaupun banyak persamaan, kedua-duanya berhubungan
dengan memberikan bantuan kepada karyawan, agar karyawan tersebut dapat
berkembang ketingkat kecerdasan, pengetahuan dan kemampuan yang lebih tinggi.
Pendidikan sifatnya lebih teoritis, dan keahlian jadi lebih bersifat praktis.
Manullang (1994: 83) menyatakan pentingnya
pendidikan dan pelatihan bagi karyawan. Pendidikan dan pelatihan bertujuan agar
karyawan dapat cepat berkembang. Sukar bagi seorang karyawan untuk
mengembangkan dirinya tanpa adanya suatu pendidikan khusus. Pengembangan diri
dengan hanya melalui banyaknya sumber daya manusia aparatur yang dapat
berkembang hanya dengan melalui pendidikan. Betapa banyaknya sumber daya
manusia aparatur yang dapat berkembang hanya dengan melalui pengalaman saja.
Ini membuktikan bahwa pengembangan diri sumber daya manusia aparatur akan lebih
meningkat melalui pendidikan dan pelatihan. Itulah sebabnya mengapa pendidikan
bertujuan untuk mempercepat perkembangan para karyawan.
Pendidikan/pelatihan merupakan salah satu
faktor yang penting dalam pembinaan sumber daya manusia. Pendidikan dan
pelatihan tidak saja meningkatkan pengetahuan (knowledge) tetapi juga keterampilan (skill) dan sikap (attitude), sehingga dapat meningkatkan tugas
pokok dan fungsi dalam organisasi.
Secara konseptual pendidikan adalah segala
sesuatu untuk membina pribadi dan mengembangkan kemampuan untuk pembangunan
persatuan dan juga merupakan proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan di luar sistem yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat
berdasarkan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori. Dharma
(2004:26) menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk membantu mencapai tujuan
organisasi dengan memberikan kesempatan kepada individu sumber daya manusia
pada semua tingkatan organisasi untuk memperoleh pengetahuan, keahlian,
kecakapan, keterampilan dan sikap yang diperlukan. Pelatihan menjadi tanggungjawab
seluruh manajemen suatu organisasi yang memiliki tujuan yang ingin dicapai.
Pelatihan sebaiknya diselenggarakan dalam lingkungan pekerjaan yang
sesungguhnya sebagai perbandingan antara teori dengan praktek.
2. Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan
sesungguhnya tidak sama. Walaupun banyak persamaan, kedua-duanya berhubungan
dengan memberikan bantuan kepada karyawan, agar karyawan tersebut dapat
berkembang ketingkat kecerdasan, pengetahuan dan kemampuan yang lebih tinggi.
Pendidikan sifatnya lebih teoritis, dan keahlian jadi lebih bersifat praktis.
Manullang (1994: 83) pentingnya pendidikan dan pelatihan bagi karyawan.
Pendidikan dan pelatihan bertujuan agar karyawan dapat cepat berkembang. Sukar
bagi seorang karyawan untuk mengembangkan dirinya tanpa adanya suatu pendidikan
khusus. Pengembangan diri dengan hanya melalui banyaknya sumber daya manusia
aparatur yang dapat berkembang hanya dengan melalui pendidikan. Betapa
banyaknya sumber daya manusia aparatur yang dapat berkembang hanya dengan melalui
pengalaman saja. Ini membuktikan bahwa pengembangan diri sumber daya manusia
aparatur akan lebih meningkat melalui pendidikan dan pelatihan. Itulah sebabnya
mengapa pendidikan bertujuan untuk mempercepat perkembangan para karyawan.
Pendidikan/pelatihan
merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembinaan sumber daya manusia
aparatur. Pendidikan dan pelatihan tidak saja meningkatkan pengetahuan (knowledge) tetapi juga keterampilan (skill) dan sikap (attitude) aparat, sehingga dapat meningkatkan
tugas pokok dan fungsi dalam organisasi.
Jika pelatihan
merupakan suatu solusi terbaik, maka para pimpinan oleh manajer harus
memutuskan program. Pelatihan yang tepat untuk diikuti oleh para aparatur.
Ketepatan teknik dan pelatihan tertentu tergantung pada tujuan yang hendak
dicapai, identifikasi mengenai apa yang diinginkan agar para aparatur
mengetahui apa yang dilakukan.
Pelatihan yang
berbeda akan berakibat pada pemakaian metode pelatihan dapat kita gambarkan
bahwa tujuan pelatihan dengan orientasi semangat kerja, keterampilan pada
pekerjaan membutuhkan keterampilan manusia, keterampilan manajemen dan
pendidikan, sedangkan pelatihan yang sesuai juga akan sangat tergantung pada
tujuan pelatihan itu sendiri.
Seringkali terdapat
perbedaan persepsi dikalangan pejabat dan manajer sumberdaya manusia tentang
perbedaan pelatihan dan pengembangan menurut Siagian (2002:182) perbedaan tersebut pada intinya, bahwa
pelatihan dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kemampuan para aparatur
melaksanakan tugas sekarang, sedangkan pengembangan lebih berorientasi pada
peningkatan produktivitas kerja para pekerja dimasa depan.
Gomes (2003 : 1997) pendapatnya berbeda dengan dua ahli sebelumnya ia mengatakan bahwa
istilah pelatihan sering disamakan dengan istilah pengembangan. Pengembangan (development) menunjuk kepada
kesempatan-kesempatan belajar (Learning
opportunities) yang di desain guna membantu
pengembangan para pekerja. Kesempatan ini tidak terbatas pada upaya perbaikan
kinerja pekerja dan pada pekerjaan sekarang.
Notoatmodjo (1992 : 2) melihat pengertian
pengembangan karier secara makro adalah suatu proses peningkatan kualitas atau
kemampuan manusia dalam rangka mencapai mutu tugas pengembangan, sedangkan
pengembangan karier secara mitos adalah perencanaan pendidikan, pelatihan dan
pengelolaan tenaga atau karyawan untuk mencapai suatu hasil yang optimal.
Pelatihan dari uraian di atas yang dimaksudkan adalah untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan untuk meningkatkan usaha belajarnya, para aparatur harus
menyadari perlunya perolehan informasi baru untuk mempelajari keterampilan baru
melalui pelatihan aparatur.
Pengembangan karier aparatur adalah suatu proses perencanaan yang dibuat untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia aparatur agar mampu melaksanakan tanggung jawab dan perencanaan yang lebih besar pada masa yang akan datang. Dengan kata
lain pengembangan karier aparatur
merupakan suatu cara yang dihadapi organisasi dalam menghadapi tantangan masa depan. Menurut
Sastrohadiwiryo (2002:199) menyatkaan pendidikan dan pelatihan merupakan salah
satu kunci manajemen sumber daya manusia dan tanggungjawab yang tidak dapat
dilaksanakan secara sembarangan. Artinya efektifitas pelatihan dapat terjamin,
perlu penanganan yang serius baik yang menyangkut sarana maupun prasarananya.
Pendidikan dan
pelatihan merupakan dua hal yang hampir sama maksud pelaksanaannya, namun ruang
lingkupnya yang membedakan karakteristik kedua kegiatan tersebut. Pendidikan
merupakan tugas untuk meningkatkan pengetahuan, pengertian, atau sikap individu
sumber daya manusia, sehingga dapat lebih menyesuaikan dengan lingkungan kerja
dalam suatu organisasi. Pendidikan berhubungan dengan penambahan ilmu
pengetahuan. Sedangkan pelatihan merupakan pendidikan dalam arti yang agak
sempit, terutama dengan instruksi, tugas khusus dan disiplin. Jadi, pelatihan
merupakan suatu proses aplikasi teori mengenai pekerjaan dalam peningkatan kecakapan.
Secara konseptual
pendidikan dan pelatihan adalah segala sesuatu untuk membina pribadi dan
mengembangkan kemampuan untuk pembangunan persatuan dan juga merupakan proses
belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem yang
berlaku dalam waktu yang relatif singkat berdasarkan metode yang lebih
mengutamakan praktek daripada teori.
Jadi pelatihan secara
keseluruhan merupakan suatu fungsi yang mengandung perencanaan, pengaturan,
pengendalian dan penilaian kegiatan umum dan pelatihan khusus bagi individu
sumber daya manusia. Pengaturan meliputi kegiatan formulasi, kebijakan
pemberian pelayanan yang memuaskan, bimbingan, perizinan dan penyeliaan.
Sastrohadiwiryo (2002 : 201) mengemukakan pelatihan menurut sifatnya dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu pelatihan umum, pelatihan keahlian dan
pelatihan kejuruan. pelatihan umum dilaksanakan di dalam dan diluar suatu
organisasi,
baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta dengan tujuan
mempersiapkan dan mengusahakan para peserta pendidikan memperoleh pengetahuan
dan keterampilan umum. pelatihan keahlian merupakan pengembangan pengetahuan
dan keterampilan yang disyaratkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan, termasuk
pendidikan dan pelatihan ketatalaksanaan. sedangkan pelatihan kejuruan adalah
peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang disyaratkan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan yang bertaraf lebih rendah daripada pelatihan keahlian.
3. Mutasi
Mutasi karyawan
merupakan proses kegiatan yang dapat mengembangkan posisi atau status seorang
karyawan dalam lingkup organisasi. Karena itu merupakan kekuatan yang sanggup
mengubah posisi karyawan, maka dikatakan bahwa mutasi merupakan salah satu cara
yang paling baik untuk mengembangkan sumber daya manusia aparatur dalam lingkup
organisasi. Saydam (1996 : 97) menyatakan mutasi dalam manajemen sumber daya
manusia aparatur dapat mencakup dua pengertian.
Pertama, kegiatan
pemindahan karyawan dari satu tempat kerja ke tempat kerja yang baru yang
sering disebut dengan ”alih tempat” (tour of
area). Kedua, kegiatan pemindahan karyawan dari tugas
yang satu ke tugas yang lain dalam satu unit kerja yang sama, atau dalam
perusahaan, yang sering pula disebut dengan istilah ”alih tugas” (tour of duty). Demikian pula pada
dasarnya mutasi dapat terjadi disebabkan oleh keinginan perusahan/organisasi
atau keinginan karyawan yang bersangkutan.
Suatu mutasi
karyawan yang paling banyak terjadi adalah atas keinginan organisasi. Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan antara lain: usaha
organisasi/perusahaan untuk menghilangkan kejenuhan karyawan, kemampuan yang
dimiliki karyawan kurang sesuai dengan kualifikasi pendidikan atau pelatihan,
lingkungan pekerjaan yang kurang mendukung pelaksanaan pekerjaan, sistem dan
prosedur kerja yang berubah, serta sebagai sanksi bagi karyawan/karyawan yang
bersangkutan. Saydam (1996:101) mengatakan bahwa mutasi dapat pula disebabkan
atas permintaan karyawan sendiri dengan alasan pribadi dan keluarga,nkesehatan,
lingkungan kerja yang cocok, hubungan kerja yang kurang harmonis, beban tugas
yang dirasa terlalu berat, serta tingkat pendidikan yang berubah.
Namun demikian,
menurut Saydam pada dasarnya yang menjadi tujuan mutasi karyawan itu antara
lain adalah menempatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan,
meningkatkan semangat dan motivasi kerja karyawan, upaya pengembangan karyawan,
serta sebagai tindakan preventif dalam upaya mengamankan karyawan dan
organisasi.
Mutasi adalah
upaya-upaya kebijakan organisasi yang dilakukan secara terkoordinasi, terbina
dan terarah di dalam melihat suatu kepentingan perubahan dalam melakukan
pemindahan karyawan untuk memberikan pengalaman dan peluang bagi karyawan dalam
mengembangkan kemampuannya dalam suatu bidang atau unit kerja. Karyawan yang
sering dimutasi cenderung memiliki pemahaman dan pengalaman terhadap duniakerja
yang berbeda-beda atau cenderung lebih bersifat verifikasi atas jenis-jenis
pekerjaan yang ditempati atau dijabati dalam suatu organisasi.
Terlihat adanya perbedaan pemahaman dan
pengalaman kerja yang dimiliki oleh karyawan yang sering dimutasi dengan
karyawan yang jarang dimutasi. Karyawan yang sering dimutasi memiliki tingkat
kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan kerjanya, kemampuan
bersosialisasi dalam menjalankan aktivitas kerjanya dengan mudah dan
tanggungjawab tugas yang dipikul memberikan tantangan untuk lebih berkembang
dan maju. Dibandingkan dengan karyawan yang tidak pernah atau jarang dimutasi,
pemahaman terhadap dunia kerja suatu organissi cenderung bersifat monotom,
vakum dan tidak fleksibel bahkan jarang memiliki inisiatif dalam mengembangkan
diri.
Indikator dari mutasi
kerja adalah mewujudkan suatu pemahaman dan pengalaman kerja berdasarkan
nuansa-nuansa lingkungan kerja antara satu tempat kerja dengan tempat kerja
lainnya, sehingga aktualisasi indicator tersebut berupa kemampuan karyawan
beradaptasi, mudah bersosialisasi dan memiliki tingkat rasa tanggungjawab yang
tinggi terhdap dinamika kerja yang dihadapinya.
4. Promosi
Jabatan
Membahas mengenai
promosi jabatan, beberapa teori yang dapat digunakan antara lain teori
“tujuan”, teori “hasil”, teori “kepentingan”, teori “prestasi”, teori
“tindakan”. Teori-teori ini memiliki relevansi dalam pengembangan sumber daya
manusia untuk mencapai tujuan organisasi.
Suatu organisasi di
dalam mengembangkan sumber daya manusianya mengarahkan untuk mencapai
tujuannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, SDM dipromosikan dalam suatu promosi
kedudukan atau jabatan yang strategis, maju dan berkembang. Nicholas (2002:69)
menyatakan the organization in achieve of goal through promotion. The
successful of organization
in development of human resource appointment by so far the application of promotion by employee. Organisasi mencapai tujuan melalui promosi kerja. Keberhasilan suatu
organisasi dalam mengembangkan SDMnya ditentukan oleh Sejauh mana penerapan
promosi kerja bagi karyawan.
Hal ini menjadikan promosi mempunyai kaitan
terhadap suatu pencapaian tujuan organisasi. Organisasi yang berhasil dalam
kenyataannya menunjukkan bahwa suatu tujuan tercapai banyak ditentukan oleh SDM
yang memiliki kepentingan organisasi tersebut untuk maju. Ukuran dalam melihat
suatu kepentingan SDM dalam suatu organisasi tercermin dari kegiatan promosi
yang sering diterapkan.
Setiap
organisasi yang maju dalam mempromosikan SDMnya pada promosi kedudukan atau
jabatan ditunjukkan dengan tercapainya hasil kerja yang optimal. Dasar inilah
yang melahirkan adanya teori hasil yang diperkenalkan oleh Nisbith (2003:102)
menyatakan the result is attempt of optimal achieving which doing by person
which success to promotion of position. Hasil adalah upaya pencapaian optimal
yang dilakukan oleh orangorang yang berhasil dipromosikan menduduki jabatan.
Hal ini berarti keberhasilan suatu organisasi dalam mempromosikan karyawan
dalam suatu posisi jabatan atau kedudukan mempunyai arti terhadap hasil yang
dicapai untuk tujuan organisasi. Hasil merupakan nilai apresiasi dan
aktualisasi setiap orang dalam organisasi untuk maju dan berkembang.
Suatu organisasi di
dalamnya terdiri dari berbagai orang yang bekerja secara bersama-sama dalam
mencapai tujuan sesuai dengan kepentingannya. Adanya promosi jabatan merupakan
unsur kepentingan utama yang perlu diperhatikan oleh setiap organisasi.
Stockholm (1998:71) menyatakan the
progress an organization have relate from the interest by everyone to cooperation in achieve of
goal. The interest represent of core a process to cooperation in achieving of goal. Kemajuan suatu organisasi tidak terlepas dari adanya berbagai
kepentingan dari setiap orang untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan.
Kepentingan merupakan inti suatu proses kerjasama dan pencapaian tujuan.
Berarti promosi suatu
jabatan memerlukan adanya kepentingan agar setiap orang dalam organisasi
memiliki kemampuan kerjasama dan mengapresiasikan atau mengaktualisasikan suatu
tujuan dari kepentingan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi.
Keberhasilan
pengembangan karier SDM tercermin dari keberhasilan dalam mempromosikan
karyawan yang memiliki kelayakan untuk menduduki suatu posisi yang strategis
dalam memajukan dan mengembangkan organisasi tersebut. Suatu promosi jabatan
diperlukan berdasarkan kebutuhan dinamika organisasi.
Suatu organisasi dalam
mengembangkan sumber daya manusia selalu mempertimbangkan adanya unsur
prestasi, pengalaman kerja/kesenioran, dan penguasaan kerja. Seorang karyawan
layak diangkat atau dipromosikan karena menunjukkan prestasi dalam bidang
kerjanya, ditunjang oleh adanya pengalaman kerja yang handal dan mandiri dan
mampu mengembangkan bentuk penguasaan kerja sesuai dengan tingkat kemajuan
kerja.
Teori yang mendasari
pentingnya promosi jabatan dalam suatu organisasi, tidak terlepas dari teori
”prestasi” dari Ritzer dalam Rivai (2005:59) menyatakan bahwa a activities of promotion on the principle it represent the acknowledgment about the
successful by people in achieve of the best success of prestation. Setiap kegiatan promosi pada prinsipnya merupakan pengakuan tentang
keberhasilan seseorang dalam mencapai prestasi yang gemilang.
Pandangan teori yang
dikemukakan di atas menempatkan bahwa setiap karyawan yang layak untuk
dipromosikan adalah orang yang memiliki prestasi gemilang tentang dunia kerja
yang ditekuninya. Hal ini penting mengingat bahwa tidak mungkin suatu tindakan
kerja dapat diterapkan dengan berprestasi tanpa adanya pengalaman dan
penguasaan kerja yang mendukung. Teori lain yang mendukung adalah teori
“tindakan” yang diprakarsai oleh Stockholm (1998:57) menyatakan everyone to be act or doing of activities was aim to be prestation. Setiap orang bertindak atau melakukan kegiatan bertujuan untuk
berprestasi.
Pandangan ini yang
menjadi dasar dalam mengambil suatu kebijakan tentang promosi jabatan yang
diterapkan dalam suatu organisasi, dalam rangka memberikan penghargaan tentang
keberhasilan seseorang untuk maju dan berkembang sesuai dengan posisi jabatan.
Promosi jabatan pada
dasarnya merupakan kebutuhan dasar bagi karyawan yang ingin maju dan
berkembang. Pentingnya promosi jabatan membuat setiap karyawan untuk
berprestasi, memiliki pengalaman dan menguasai bidang kerja. Melakukan promosi
jabatan merupakan akses penting bagi suatu organisasi yang maju dan berkembang
untuk mencapai tujuan organisasi. Nisbith (2003:12) menyatakan promosi jabatan
sebagai penghargaan sangat diharapkan oleh individu organisasi dalam
melaksanakan aktivitas kerjanya. Tidak satupun dari individu organisasi yang
melakukan aktivitas kerja tidak memerlukan adanya pengakuan/pujian atas hasil
kerja yang dicapai, promosi kerja dan pemberian tanda jasa serta mutasi kerja
atas apa yang telah dilakukan dalam mencapai tujuan organisasi. Pemberian
promosi jabatan tersebut ditentukan oleh pencapaian prestasi kerja, pengalaman
kerja, dan penguasaan kerja yang dimiliki oleh karyawan, sehingga layak untuk
dipromosikan.
Berdasarkan pengakuan
mengenai pentingnya promosi, setiap karyawan menginginkan mendapat pujian atas
pengakuan yang telah diraih, ini sebagai bentuk esensi tahap kedua,
selanjutnya, setiap manusia menginginkan mendapat penghormatan atas apa yang
telah dilakukan dari pengakuan dan pujian yang layak diterima. Penghormatan
tersebut merupakan tahap esensi yang ketiga yang merupakan sifat dasar dari
setiap manusia. Apabila sifat ketiga esensi tersebut diaplikasikan dalam
dinamika kerja, merupakan unsur utama yang mendukung adanya penghargaan atas
aktivitas kerja yang dilakukan dalam organisasi.
Uraian pendapat yang
dikemukakan tersebut, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa promosi jabatan
ditentukan oleh pencapaian prestasi kerja, pengalaman kerja, dan penguasaan
kerja yang harus dimiliki sebagai akumulasi dari tiga sifat mendasar yang
dimiliki oleh setiap manusia yaitu senang diakui, dipuji dan dihormati atas apa
yang telah dilakukan.
2.1.4 Tahap Perkembangan Karier
Tahap perkembangan karier menurut
Donald E. Super. Super
mengusulkan gagasan bahwa orang berusaha untuk menerapkan konsep dirinya dengan
memilih untuk masuk pekerjaan dianggap yang paling mungkin untuk memungkinkan
ekspresi diri.Pilihan karier adalah soal mencocokkan (matching).Di dalam
irama hidup orang, terjadi perubahan-perubahan dan ini berpengaruh pada
usahanya untuk mewujudkan konsep diri itu.Teori perkembangan menerima teori matching
(teori konsep diri), tetapi memandang bahwa pilihan kerja itu bukan peristiwa
yang sekali terjadi dalam hidup seseorang (misalnya waktu tamat pendidikan dan
mau meninggalkan sekolah).Orang dan situasi lingkungannya berkembang, dan
keputusan karier itu merupakan rangkaian yang tersusun atas keputusan yang
kecil-kecil.
1.
Tahap Perkembangan Karier
a.
Tahap Pertumbuhan (Growth): 0 – 14 tahun
Adanya pertumbuhan fisik dan
psikologis. Pada tahap ini individu mulai membentuk sikap dan mekanisme tingkah
laku yang kemudian akan menjadi penting dalam konsep dirinya. Bersamaan dengan
itu, pengalaman memberikan latar belakang pengetahuan tentang dunia kerja yang
akhirnya digunakan dalam p ilihan pekerjaan mulai yang tentatif sampai dengan
final.
b.
Tahap Eksplorasi (Exploratory): 15 – 24 tahun
Dimulai sejak individu
menyadari bahwa pekerjaan merupakan suatu aspek dari kehidupan manusia.Pada
awal masa ini atau masa fantasi, individu menyatakan pilihan pekerjaan sering
kali tidak realistis dan sering erat kaitannya dengan kehidupan permainannya.
c.
Tahap Pembentukan (Establishment): 25 – 44 tahun
Berkaitan dengan pengalaman
seseorang pada saat mulai bekerja. Pada masa ini individu dengan cara
mencoba-coba ingin membuktikan apakah pilihan dan keputusan pekerjaan yang
dibuat pada masa eksplorasi benar atau tidak. Sebagian masa ini adalah masa try-out.
Individu mungkin menerima pekerjaan dengan perasaan pasti bahwa ia akan mengganti
pekerjaan jika merasa tidak cocok. Apabila
ternyata individu mendapat pengalaman yang positif atau keuntungan dari suatu pekerjaan,
pilihannya menjadi mantap, dan dia akan memasukkan pilihan pekerjaan itu
sebagai aspek dari konsep dirinya serta kesempatan terbaik untuk mendapatkan
kepuasan kerja.
d.
Tahap Pemeliharaan (Maintenance): 45 – 64 tahun
Individu berusaha untuk
meneruskan atau memelihara situasi pekerjaan. Pekerjaan yang dilakukan dan
konsep diri (self-concept) mempunyai hubungan yang erat. Keduanya
terjalin oleh proses perubahan dan penyesuaian yang kontinyu. Pada intinya
individu berkepentingan untuk melanjutkan aspek-aspek pekerjaan yang memberikan
kepuasan, dan merubah atau memperbaiki aspek-aspek pekerjaan yang tidak
menyenangkan, tetapi tidak sampai individu itu meninggalkan pekerjaan tersebut
untuk berganti dengan pekerjaan yang lain.
d.
Tahap
Kemunduran (Decline): di atas 65 tahun
Tahap menjelang berhenti bekerja
(preretirement). Pada tahap ini perhatian individu dipusatkan pada usaha
bagaimana hasil karyanya dapat memenuhi persyaratan out-put atau hasil yang
minimal sekalipun. Individu lebih memperhatikan usaha mempertahankan prestasi
kerja daripada upaya meningkatkan prestasi kerjanya.
Kelima
tahap ini dipandang sebagai acuan bagi munculnya sikap-sikap dan perilaku yang
menyangkut keterlibatan dalam suatu jabatan, yang tampak dalam tugas-tugas
perkembangan vokasional (vocational developmental tasks).
2.
Tugas Perkembangan Vokasional
Menurut Super dalam Osipow (1983)
tugas perkembangan vokasional meliputi:
a.
Kristalisasi (Crystallization): 14 – 18 tahun
Kristalisasi dari preferensi
vokasional mengharuskan individu untuk merumuskan ide-ide tentang pekerjaan
yang sesuai untuk dirinya sendiri. Hal ini juga mensyaratkan perkembangan
pekerjaan dan konsep diri yang akan membantu memediasi pilihan vokasional yang
bersifat sementara individu dengan cara pengambilan keputusan pendidikan yang
relevan. Sementara tugas kristalisasi dapat terjadi pada semua usia, demikian
juga semua tugas perkembangan vokasional, paling biasanya terjadi selama 14 –
18 tahun.
b.
Spesifikasi (Specification): 18 – 21 tahun
Spesifikasi dari preferensi
vokasional.Di sini, individu diharuskan untuk mempersempit arah karier umum
menjadi satu tertentu dan mengambil langkah yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan
tersebut.
c.
Pelaksanaan (Implementation): 21 – 25 tahun
Tugas vokasional ketiga adalah
pelaksanaan preferensi vokasional.Tugas ini mengharuskan individu untuk
menyelesaikan beberapa pelatihan dan mulai bekerja yang relevan. Yang
dibutuhkan sikap dan perilaku untuk panggilan tugas, pengakuan individu akan
kebutuhan berguna untuk merencanakan pelaksanaan preferensi dan pelaksanaan
rencana ini.
e.
Stabilisasi (Stabilization): 25 – 35 tahun
Stabilisasi adalah tugas perkembangan
karier yang keempat.Tugas ini diwakili oleh perilaku menetap dalam bidang
pekerjaan dan penggunaan bakat seseorang sedemikian rupa untuk menunjukkan
kesesuaian keputusan karier buat sebelumnya.Hal ini bisa diduga bahwa perubahan
posisi individu selama periode stabilisasi ada tapi jarang perubahan
pekerjaan.Sikap yang diperlukan dan perilaku sangat serupa dengan tugas-tugas
pelaksanaan dan stabilisasi.
Adapun
menurut Super dalam Munandir (1996) tugas perkembangan vokasional meliputi:
- Preferensi pekerjaan (14 – 18 tahun)
- Spesifikasi preferensi (18 – 21 tahun)
- Implementasi preferensi (21 – 25 tahun)
- Stabilisasi dalam suatu pekerjaan (25 – 35 tahun)
- Konsolidasi status dan kemajuan (masa akhir usia 30-an dan usia 40-an).
Berkaitan
dengan tugas-tugas perkembangan karier, Super mengembangkan konsep kematangan
vokasional (career maturity; vocational maturity) yang menunjuk pada
keberhasilan individu menyelesaikan semua tugas perkembangan vokasional yang
khas bagi tahap perkembangan tertentu. Indikasi relevan bagi kematangan
vokasional adalah misalnya kemampuan untuk membuat rencana, kerelaan untuk
memikul tanggung jawab, serta kesadaran akan segala faktor internal dan
eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan jabatan atau
memantapkan diri dalam suatu jabatan. Beraneka indikasi ini dapat dijabarkan
lebih lanjut pada rnasing-masing tahap perkembangan vokasional, lebih-lebih
selama masa remaja dan masa dewasa muda. Berkenaan dalam rangka meneliti dan
menilai kematangan vokasional telah dikembangkan alat tes yang dikenal dengan
namaCareer Development Inventory, Career Maturity Test, dan Vocational
Maturity Test.
2.1.5 STATUS DAN APLIKASI TEORI PERKEMBANGAN
KARIER
1.
Status Teori
Pada saat kematiannya pada
tahun 1994, Super telah menulis hampir 200 artikel, buku, bab buku, monograf,
dan publikasi lainnya. Murid-muridnya dan lain-lain juga telah memberikan
kontribusi puluhan, jika bukan ratusan, publikasi terhadap literatur profesional,
semua distimulasi oleh teorinya.Menurut pengakuannya, teori Super tidak
dibangun dengan baik karena berbagai segmen tidak mengukuhkan bersama-sama.Ini
mungkin adalah alasan bahwa banyak studi penelitian dirangsang fokus pada
beberapa konstruksi (misalnya, kematangan karier) yang terdapat dalam teori
tetapi bertentangan dengan pengujian asumsi secara langsung.
Crites
(1981) membandingkan pendekatan untuk konseling karier dari perspektif teoritis
yang berbeda, menjelaskan langkah-langkah yang terlibat dalam konseling
perkembangan karier. Tahap diagnostik adalah fase penilaian yang mencoba untuk
menangani tiga bidang perilaku: masalah, orang, dan prognosis. Pengujian
berbagai jenis dan persediaan dari berbagai jenis akan sangat diandalkan untuk
menghasilkan data untuk tahap diagnostik.
Salah satu ciri teori Super
adalah aplikasi kepedulian untuk konseling tentang masalah pekerjaan dan
pribadi. Super beralasan bahwa meskipun konsep diri cenderung menjadi fungsi
dari pengaruh genetik pada faktor fisik, seperti struktur kelenjar, dan faktor
psikologis, seperti bakat, ia beroperasi dalam kombinasi dengan variabel
lingkungan, seperti kondisi sosial dan ekonomi. Dengan demikian, suatu bagian
tertentu dari konsep diri terbuka terhadap intervensi luar.Intervensi seperti
ini mungkin yang paling efektif dalam membentuk konsep diri selama masa remaja
awal, karena konsep tumbuh lebih stabil selama masa remaja dan dewasa.Konselor,
dengan demikian, memiliki akses ke anak-anak selama tahun perkembangan terbesar
dari konsep diri.
Teori
perkembangan karier Super memiliki beberapa keuntungan yaitu: (a)
mempertimbangkan bahwa individu berubah dari waktu ke waktu; (b) membantu siswa
memperjelas konsep diri; (c) kerangka yang jelas tentang pemahaman berbagai
tahap perkembangan karier.
2.
Aplikasi Teori Perkembanga Karier dalam Bimbingan dan Konseling
Bimbingan
karier merupakan salah satu layanan bimbingan yang berusaha memberikan bantuan
kepada peserta didik untuk memecahkan masalah penyesuaian diri dan pemecahan
masalah karier yang dihadapi.Dalam program bimbingan dan konseling
komprehensif, bimbingan karier terdapat dalam perencanaan individual yaitu
layanan yang diberikan konselor untuk membantu peserta didik dalam
mempersiapkan diri memasuki masyarakat yang lebih kompleks.
Teori Super (1990) memiliki
sejumlah aplikasi.Sebagai contoh, telah digunakan sebagai kerangka kerja untuk
program perkembangan karier untuk anak-anak dan remaja.Pertumbuhan adalah tahap
perkembangan untuk sekolah menengah dan dipecah menjadi rasa ingin tahu,
fantasi, minat, dan kapasitas (berfokus pada kemampuan). Tahap eksplorasi
dimulai pada sekitar usia 14 dan berlanjut sampai usia 18, pada saat pilihan
yang mengkristal. Tahap ini jelas perkiraan, tetapi mereka dapat berguna saat
merancang program pengembangan karier.
Teori ini juga dapat digunakan
sebagai dasar untuk konseling karier. Tujuan dari proses konseling karier akan
menjadi perkembangan kematangan karier, yang dapat dipecah menjadi beberapa
komponen yang diukur oleh Inventori Pengembangan Karier (CDI) (Super,
Thompson, Jordaan, & Myers, 1984). Ini adalah:
- Perencanaan karier (CP). Kematangan karier individu secara aktif terlibat dalam proses, perencanaan dan menganggap diri mereka menjadi begitu terlibat. Skala perencanaan karier adalah skala yang efektif yang mengungkapkan bagaimana orang menganggap diri mereka dalam kaitannya dengan proses perencanaan.
- Eksplorasi karier (CE). Kematangan individu berhubungan dengan kesediaan klien untuk terlibat dalam karier eksplorasi, yaitu kesediaan mereka untuk menggunakan bahan. Skala ini dikombinasikan dengan skala CP untuk menghasilkan sikap pengembangan karier (CDA) skala.
- Pengambilan keputusan (DM). Kematangan karier individu mengetahui bagaimana membuat keputusan dan memiliki keyakinan pada kemampuan untuk melakukannya.
- Informasi dunia kerja. Komponen yang paling jelas dari skala ini melibatkan informasi yang akurat memiliki tentang pekerjaan. Super percaya bahwa para pengambil keputusan harus memiliki beberapa pengetahuan tentang waktu, perkembangan berbicara, di mana orang harus memperoleh informasi penting tentang pekerjaan.
- Pengetahuan tentang pekerjaan yang disukai (PB). Setelah, CDI, 20 orang memilih pekerjaan dan menjawab pertanyaan tentang pekerjaan dan kualifikasi yang diperlukan untuk memasukkan pekerjaan tertentu.
- Orientasi karier (COT). COT adalah skor total pada CDI, dengan pengecualian dari PO. Dalam arti ini dapat dianggap sebagai ukuran global kematangan karier.
2.1.6 Komitmen Kerja
Secara
umum komitmen karyawan dapat diartikan sebagai kesetiaan, pengabdian dan
kepercayaan yang diberikan atau ditujukan kepada seseorang atau ditujukan
kepada seseorang atau lembaga yang di dalamnya terdapat rasa cinta dan
tanggungjawab untuk berusaha, pelayanan dan perilaku terbaik (Rasimin, 1988).
Drever (2006) menyatakan bahwa komitmen adalah sikap/perasaan kesetiaan pada
seseorang atau grup yang dirasakan sebagai kewajiban dan rasa cinta.
Komitmen merupakan keinginan dari seseorang
untuk memberikan kemampuan, pengabdian, mengidentifikasi dan merasa dirinya
menjadi bagian dari suatu organisasi ditunjukkan dengan keinginan untuk bekerja
dan berusaha sebaik-baiknya dan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam
organisasi itu dan membantu mewujudkan tujuan dari organisasi.
Sheldon (2003) menyatakan komitmen berarti
orientasi terhadap organisasi yang berkaitan dengan identifikasi seseorang
terhadap organisasi. Canter (2008) memandang komitmen sebagai kemauan dari
pelaku-pelaku sosial, untuk memberikan energi dan pengabdiannya kepada sistem
sosial. Hall (2001) melihat komitmen sebagai proses yang menjadikan tujuan
organisasi dan tujuan individu berkembang menyatu dan selaras.
Komitmen sebagai tingkah laku yaitu tindakan
loyal karena keterikatan pada tingkatan-tingkatan di masa lalu, atau karena
telah mempertaruhkan pengorbanan dalam organisasi yang tidak mungkin dapat
kembali. Becker (2008) menyatakan komitmen merupakan usaha sosial yang
dilakukan seseorang secara tetap karena khawatir akan kehilangan apa yang telah
dipertaruhkannya selama bekerja di perusahaan. Taruhan ini bisa berupa waktu,
usaha, uang, status, keterampilan serta fasilitas yang diperoleh dari
perusahaan.
Konsep tentang komitmen
terhadap organisasi ini (disebut pula dengan komitmen), yang mendapat perhatian
dari manajer maupun ahli perilaku organisasi, berkembang dari studi awal
mengenai loyalitas kerja yang diharapkan ada pada setiap karyawan. Komitmen
merupakan suatu kondisi yang dirasakan oleh karyawan yang dapat menimbulkan
perilaku positif yang kuat terhadap organisasi kerja yang dimilikinya. Menurut
Gimbart (2008:520) organization commitment namely a commitment which rise
not just to be passive loyalty, but also to participate of active relation with organization have
purpose which give of all
attempt for organization successful which relate. Komitmen adalah suatu bentuk komitmen yang muncul bukan hanya bersifat
loyalitas yang pasif, tetapi juga melibatkan hubungan yang aktif dengan
organisasi kerja yang memiliki tujuan memberikan segala usaha demi keberhasilan
organisasi kerja yang bersangkutan.
Luthans (2005:64) mendefinisikan the organization commitment
as the relative strong from individual identification and participation with organization. Komitmen sebagai
kekuatan relatif dari identifikasi individu dan keterlibatannya dengan organisasi kerja. Sementara
Norman (2006:136) memandang komitmen sebagai suatu orientasi nilai terhadap kerja yang menunjukkan bahwa
individu sangat memikirkan
pekerjaannya, pekerjaan memberikan kepuasan hidup, dan pekerjaan memberikan status bagi
individu. Selanjutnya Ibrahim (2008:525) mengemukakan adanya tiga karakteristik yang bisa digunakan sebagai
pedoman telah komitmen,
yaitu:
a. Adanya keyakinan yang kuat dan penerimaan tujuan serta nilai-nilai yang
dimiliki organisasi kerja.
b. Terdapatnya keinginan untuk mempertahankan diri agar tetap dapat menjadi
anggota organisasi tersebut.
c. Adanya kemauan untuk berusaha keras sebagai bagian dari organisasi kerja.
Dalam kerangka perilaku
organisasi terdapat sejumlah sikap yang berkaitan dengan pekerjaan. Kebanyakan
riset dalam ilmu perilaku organisasi memperhatikan ketiga sikap yang meliputi:
kepuasan kerja, keterlibatan kerja dan komitmen. Disamping itu David (1994:
9-25) menyatakan bahwa komitmen secara umum dipahami sebagai ikatan kejiwaan
individu terhadap organisasi termasuk keterlibatan kerja, kesetiaan dan
perasaan percaya pada nilai-nilai organisasi. Faktor-faktor komitmen dapat
dilihat dengan membagi faktor-faktor komitmen menjadi empat karakteristik yang
meliputi: (a) faktor personal, (b) karakteristik kerja, (c) karakteristik
struktur dan (d) pengalaman kerja.
Menurut Dessler (2003:319) komitmen dapat
didefinisikan sebagai kekuatan relatif identifikasi individu terhadap
organisasinya, yang dapat dilihat paling tidak dengan 3 faktor, yaitu:
a. Kepercayaan dan penerimaan yang kuat atas tujuan dan nilai-nilai
organisasi.
b. Kemampuan untuk mengusahakan kepentingan organisasi.
c. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan jadi anggota organisasi
Selanjutnya yang
dimaksud komitmen dalam penelitian ini adalah keinginan karyawan untuk tetap
memperhatikan keanggotanaannya dalam organisasi dan bersedia melakukan usaha
yang tinggi bagi pencapaian tujuan organisasi. Penjabaran dari konsep ini
diadaptasi dari pendapat Lincoln (2006:89-106) yang meliputi kemauan karyawan,
kesetiaan karyawan dan kebanggaan karyawan pada organisasi, sementara prestasi
kerja karyawan dilihat dari kecakapan karyawan dalam bekerja.
Komitmen adalah
loyalitas karyawan terhadap organisasi melalui penerimaan sasaran-sasaran,
nilai-nilai organisasi, kesediaan atau kemauan untuk berusaha menjadi bagian
dari organisasi, serta keinginan untuk bertahan di dalam organisasi. Dengan
demikian komitmenonal merupakan salah satu factor penting dalam pencapaian
tujuan organisasi atau perusahaan. Output dari komitmenonal adalah kinerja,
absensi dan turnover. pengaruh dari kinerja terhadap turnover karyawan.
Berdasarkan bukti empiris tersebut maka implikasi penting bagi perusahaan
adalah adanya tuntunan bagi perusahaan untuk memuaskan para karyawannya.
Karyawan yang puas akan cenderung loyal pada perusahaan dan mendukung tujuan
yang ingin dicapai perusahaan tersebut.
Komitmen pada organisasi didefinisikan
sebagai seberapa jauh seseorang mengidentifikasaikan dan melibatkan dirinya
pada organisasinya dan keinginan untuk tetap tinggal dalam organisasi itu
(Wangsadjaja, 2006).
Menurut Wangsadjaja
(2006) mendefinisikan komitmen pada organisasi
sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam
mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi. Sikap ini
dapat ditandai dengan tiga hal, yaitu:
a. Kepercayaan yang kuat dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan
organisasi.
b. Kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh demi kepentingan
organisasi.
c. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan di dalam
organisasi.
Pendekatan Porter di
atas adalah pendekatan attitudinal (pendekatan berdasarkan sikap), yang menekankan pada pentingnya
kongruensi antara nilainilai dan tujuan pribadi karyawan dengan nilai-nilai dan
tujuan organisasi. Oleh karena itu, semakin organisasi mampu menimbulkan
keyakinan dalam diri karyawan, bahwa apa yang menjadi nilai dan tujuan
pribadinya adalah sama dengan nilai dan tujuan organisasi, maka akan semakin
tinggi komitmen karyawan tersebut pada organisasi tempat ia bekerja.
Allen dan Meyer (2009) membedakan komitmen pada organisasi atas
tiga komponen yaitu Affective Commitment,
Normative Commitment, dan Continuance
Commitment.
a. Affective
Commitment adalah komitmen yang berkaitan dengan
emosional, identifikasi, dan keterlibatan karyawan di dalam organisasi.
Karyawan dengan komponen Affective yang tinggi, tidak melepaskan diri dari organisasi karena keinginnya
untuk tetap terikat pada organisasi. Kunci dari komitmen ini adalah employees stay because they want to.
b. Normative Commitment. Memiliki istilah employees stay because they have to, merupakan keyakinan karyawan tentang kewajiban berkontribusi kepada
organisasi. Karyawan harus melaksanakan pekerjaannya untuk mencapai
tujuan-tujuan yang ditetapkan perusahaan.
c. Continuance Commitment adalah suatu
komitmen rasional yang terbentuk atas dasar pertimbangan untung rugi yang
dihadapi karyawan jika berhadapan dengan keputusan untuk tetap bergabung dalam
organisasi atau hendak keluar dari organisasi. (employees stay because they feel they oughtto).
Komitmen pada
organisasi menurut Wangsadjaja (2006) lebih dikenal sebagai pendekatan sikap
terhadap organisasi. Komitmen pada organisasi ini memiliki dua komponen yaitu
komponen sikap dan komponen kehendak untuk bertingkah laku. Yang termasuk dalam
kategori komponen sikap mencakup ;
a. Identifikasi dengan organisasi yaitu penerimaan tujuan organisasi,
dimana penerimaan ini merupakan dasar komitmen pada organisasi. Identifikasi
karyawan tampak melalui sikap menyetujui aturan-aturan organisasi, kesamaan
nilai pribadi, nilai-nilai organisasi, dan kebanggaan menjadi bagian dari
organisasi.
b. Keterlibatan karyawan sesuai peran dan tanggungjawab pekerjaan pada
organisasi tersebut. Karyawan yang memiliki komitmen tinggi akan menerima dan
melaksanakan semua tugas dan tanggungjawab pekerjaan yang diberikan.
c. Loyalitas terhadap organisasi
merupakan evaluasi terhadap komitmen yang dapat membentuk ikatan emosional
(afektif) antara organisasi dengan karyawan lainnya. Karyawan dengan tingkat
komitmen tinggi akan merasakan loyalitas dan rasa memiliki terhadap organisasi.
Sedangkan yang termasuk komponen kehendak untuk bertingkah laku adalah:
a. Kesediaan untuk menampilkan usaha maksimal melebihi ekspektasi
perusahaan secara profesional. Karyawan yang berkomitmen tinggi ikut
memperhatikan nasib organisasi.
b. Keinginan untuk tetap berada dalam organisasi dalam waktu yang lama.
Karyawan dengan komitmen tinggi memiliki sedikit alasan untuk keluar dari
organisasi.
Kondisi yang akan
dihadapi organisasi jika karyawannya memiliki komitmen rendah sebagai berikut :
a. High levels of abseentism.
(tingkat absensi karyawan yang tinggi)
b. High levels of turnover (tingkat
turnover karyawan yang tinggi). Hal ini berkaitan dengan biaya-biaya yang
ditanggung oleh perusahaan untuk merekrut dan melatih karyawan yang baru.
c. Unwillingness to share and make sacrifice. Ketidakinginan untuk berbagi dan berkorban untuk kepentingan organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen rendah
cenderung mamiliki motivasi kerja yang rendah dan berakibat pada penurunan
produktivitas.
Mengacu kepada pentingnya pengembangan karier terhadap komitmen dalam
suatu organisasi kerja, maka faktor-faktor pengembangan karier yang meliputi
pendidikan, pelatihan, mutasi dan promosi jabatan menjadi penting dalam suatu
manajemen sumber daya manusia sebagai bentuk penerapan pengembangan karier yang
diterapkan dalam meningkatkan komitmen karyawan PT. Bank Papua Kantor Cabang
Sentani.
Keempat unsur tersebut
diterapkan dalam upaya meningkatkan komitmen karyawan yang mendukung aktivitas
pelayanan nasabah yang ditentukan oleh taat pada peraturan, tanggungjawab
kerja, kemauan bekerjasama, rasa memiliki, hubungan antar pribadi dan senang
dengan pekerjaan. Lebih jelasnya dapat ditunjukkan kerangka pikir penelitian
dibawah ini:
2.2.Kerangkag Pemikiran
Berdasarkan latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian
teori yang telah diuraikan dibagian awal, dapat dipergunakan sebagai dasar
dalam pembuatan kerangka pemikirang akan penelitian.
Organisasi atau Perusahaan ingin ada
perubahan dalam internal maka perlu melakkukan pengembangan karier. Agar
mempermudah dalam memahami permasalahan di atas, maka penulis mencoba untuk
menggambarkan dalam suatu kerangka pemikiran yang terdapat pada gambar 2.2 berikut
:
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
Sumber : Diolah
Penulis 2016
2.3 Hipotesis
Berdasarkan rumusan
masalah, tujuan penelitian dan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah:
1. Ada pengaruh pengembangan karier berdasarkan pendidikan, pelatihan,
mutasi dan promosi jabatan terhadap komitmen karyawan pada Kantor Cabang PT.
Bank Papua Sentani Kabupaten Jayapura.
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
2.
Diantara pengembangan karier tersebut,
promosi jabatan memiliki pengaruh paling dominan terhadap komitmen karyawan
pada Kantor Cabang PT. Bank Papua Sentani Kabupaten Jayapura.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini
dirancang untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dan tujuan yang
hendak dicapai serta menguji hipotesis. Rancangan penelitian menurut Kerlinger
(2000) merupakan suatu struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa,
sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan
penelitian, dibedakan sebagai berikut:
1. Penelitian ini merupakan penelitian exploratory
yaitu berusaha untuk mencari hubungan-hubungan yang relatif baru, dan explanatory yaitu penelitian
yang dilakukan dengan cara menjelaskan gejala yang ditimbulkan oleh suatu obyek
penelitian.
2. Ditinjau dari aspek datanya adalah penelitian ex post facto, yang berarti
setelah kejadian yaitu penelitian yang bersifat pencarian empirik yang
sistematik, di mana peneliti tidak dapat mengontrol variabel bebasnya karena
peristiwa telah terjadi atau sifatnya tidak dapat dimanipulasi.
3. Ditinjau dari tujuannya adalah studi kausal yang berusaha menjelaskan
analisis pengaruh pengembangan karier organisasi terhadap komitmen karyawan
pada Kantor Cabang PT. Bank Papua di
Sentani.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian
dilaksanakan di kabupaten jayapura, tepatnya pada Kantor Cabang PT. Bank Papua di Sentani. Lokasi penelitian
ini dipilih dengan pertimbangan bahwa peneliti mudah memperoleh data penelitian
baik yang bersifat data primer maupun data sekunder dalam melakukan wawancara
dengan responden. Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan mulai mei 2016
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Menurut Suharsimi
Arikunto (1998:102) Populasi merupakan keseluruhan obyek yang dijadikan
pengamatan untuk dilakukan penarikan sampel. Populasi penelitian ini adalah
seluruh karyawan Kantor Cabang PT. Bank Papua Sentani yang berjumlah 52
3.3.2 Sampel
Pengambilan sampel
dalam penelitian ini terdiri atas Karyawan Kantor Cabang PT. Bank Papua Sentani
Kabupaten Jayapura.
Menurut Suharsimi Arikunto (1998:117) Sampel
adalah seebagian karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel merupakan
bagian subyek penelitian atau populasi yang dijadikan wakil dari populasi
berjumlah besar. Selanjutnya untuk sekedar pertimbangan maka apabila subyeknya
kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya menggunakan
sampel jenuh.
Dengan demikian untuk menetapkan besarnya sampel yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah 52 orang.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data adalah
kualitatif dan kuantitatif yang bersumber dari:
1. Data Primer
Data primer adalah
data yang diperoleh secara langsung di lapangan yang bersumber hasil pengamatan
langsung analisis pengaruh pengembangan karier organisasi terhadap komitmen
karyawan pada Kantor Cabang PT. Bank Papua Sentani Kabupaten Jayapura.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu
data pendukung bagi data primer yang diperoleh dari bahan-bahan literatur
seperti dokumen-dokumen serta laporan-laporan dan kepustakaan lainnya yang
berkaitan dengan analisis pengaruh pengembangan karier organisasi terhadap
komitmen karyawan pada Kantor Cabang PT. Bank Papua Sentani Kabupaten Jayapura.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah wawancara, observasi, kuesioner dan telaah dokumen:
1. Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data melalui angket berupa daftar
pertanyaan yang ditujukan langsung kepada sejumlah responden terpilih yang
berkaitan dengan analisis pengaruh pengembangan karier organisasi terhadap
komitmen karyawan pada Kantor Cabang PT. Bank Papua Sentani Kabupaten Jayapura.
2. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data di mana peneliti terlibat
langsung untuk mengamati analisis pengaruh pengembangan karier organisasi
terhadap komitmen karyawan pada Kantor Cabang PT. Bank Papua Sentani Kabupaten
Jayapura.
3. Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari
buku-buku maupun jurnal yang berkaitan dengan topik pembahasan.
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Definisi operasional
digunakan agar tidak menimbulkan penafsiran ganda yaitu dengan memberikan
batasan terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Komitmen kerja adalah totalitas kerja terhadap perusahaan melalui
penerimaan sasaran-sasaran, nilai-nilai organisasi, kesediaan atau kemauan
untuk berusaha menjadi bagian dari perusahaan, serta keinginan untuk bertahan
di dalam perusahaan. Indikator komitmen kerja adalah komitmen afektif, komitmen
normatif dan komitmen berkelanjutan. Pengukuran menggunakan skala Likert
5,4,3,2,1.
2. Pengembangan karier adalah upaya yang terorganisir dalam suatu periode
waktu tertentu untuk meningkatkan kemungkinan perbaikan pertumbuhan kinerja
tugas, sesuai dengan pendidikan dan pelatihan serta kegiatan mutasi dan
promosi.
a. Pendidikan dan pelatihan adalah
suatu upaya sadar dan terencana untukdapat memberikan suatu wahana dan wawasan
tentang pengetahuan kerja dan cara mengerjakan pekerjaan sesuai orientasi
kemajuan pekerjaan. Pengembangan pendidikan yaitu peningkatan latar belakang
pendidikan, jenjang pendidikan, disiplin ilmu, pelatihan keterampilan dan
pengembangan sikap. Pengukuran menggunakan skala Likert 5,4,3,2,1.
b. Mutasi dan promosi adalah pemberian penghargaan atas prestasi kerja yang
dicapai/ proses kegiatan yang dapat mengembangkan posisi atau status seorang
pegawai dalam lingkup organisasi. Indikatornya berupa pemberian penghargaan,
pengangkatan dalam jabatan, pemindahan dalam jabatan dan pemberhentian dalam
jabatan. Pengukuran menggunakan skala Likert 5,4,3,2,1.
3.7 Instrumen Penelitian
Menurut Ruseffendi
(1994) dan Sugiyono (1992) terdapat dua macam instrumen yakni instrumen yang
berbentuk tes untuk mengukur kinerja dan instrumen yang berbentuk non tes
seperti angket atau kuesioner, observasi dan wawancara.
Dalam penelitian ini
alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan adalah non tes yakni berupa
angket atau kuesioner, observasi dan wawancara. Butir-butir pertanyaan atau
pernyataan dalam kuesioner berdasarkan teori manajemen yang relevan dan dari
temuan hasil peneliti terdahulu. Pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner
diukur dengan menggunakan skala Likert yaitu suatu skala yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial (Sugiyono, 1992). Jawaban dari responden bersifat kualitatif
dikuantitatifkan, di mana jawaban untuk pertanyaan atau pernyataan diberi skor
dengan menggunakan skala Likert sebagai berikut: skor/nilai 1 sampai dengan 5
yang berarti nilai 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = ragu-ragu, 4
= setuju dan 5 = sangat setuju.
Ciri khas dari skala
Likert adalah bahwa semakin tinggi skor/nilai yang diberikan oleh responden
mempunyai indikasi bahwa responden tersebut menunjukkan sikap semakin positif
terhadap obyek yang diteliti oleh peneliti. Skala Likert digunakan karena
mempunyai banyak kemudahan dalam menyusun pertanyaan, memberi skor/nilai serta
skor/nilai yang lebih tinggi tarafnya mudah dibandingkan dengan skor/nilai yang
lebih rendah, disamping itu juga mempunyai reliabilitas tinggi berdasarkan
intensitas sikap tertentu.
3.8 Metode Analisis Data
Untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini, maka digunakan metode
analisis:
1. Analisis secara deskriptif mengenai analisis pengaruh pengembangan
karier organisasi terhadap komitmen karyawan pada Kantor Cabang PT. Bank Papua
Sentani Kabupaten Jayapura.
2. Analisis regresi linier berganda
sebagai analisis preferensi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
pengembangan karier organisasi terhadap komitmen karyawan Kantor Cabang PT.
Bank Papua Sentani Kabupaten Jayapura.
Rumus yang digunakan adalah : (Sumarsono, 2009:45)
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2
+ e
Dimana :
Y = Komitmen Kerja
X1 = Pendidikan dan Pelatihan
X2 = Mutasi dan Promosi
b1 – b2 = Koefisien Regresi
b0 = Konstanta
e = Standar Error
DAFTAR PUSTAKA
Allen, S., and Meyer, G.,
2009. Organization Commitment
in Management Perspective. Published by Prentice Hall, New
York.
Arikunto S, 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktek, Edisi Revisi, Penerbit Rineka Cipta Jakarta
Becker, Goncalves, 2008. Good Loyalty – Strategic Approach. Prentice Hall International Inc. New
Jersey.
Handoko, Hani T., 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Nicholas, James L., , 2002. Organisasi
dan Manajemen.
Terjemahan: Djarkasih,
Edisi Keempat, Erlangga,
Jakarta.
Hans, James, 2007. Human
Resources Management. Ninth Edition, Upper Saddle River, Prentice Hall, New
Jersey.
Hasbullah. 2005, Dasar Ilmu Manajemen SDM, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Hasibuan, SP. Malayu, 2001. Manajemen
SDM. Penerbit
Grafika, Jakarta.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2005. Perilaku dan Kinerja Organisasi.
PT. Refika Aditama – Bandung.
Mathis, Robert L dan
Jackson, John, 2007. Manajemen
Sumber daya manusia.
Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
Moekijat, (2002), Manajemen Tenaga Kerja dan Hubungan Kerja,
Bandung,Pionir Jaya
Nainggolan, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Refika Aditama,
Bandung
Rivai, Veithzal dan Basir,
Ahmad Fauzi Mohd. 2005. Performance
Appraisal. PT
RajaGrafindo Persada,
Jakarta.
Sastrohadiwiryo S, B, Dr,
2002, Manajemen Tenaga Kerja
Indonesia, Pendekatan
Administratif
dan Operasional,
Jakarta, PT. Bumi Aksara.
------------------------,
2002. Manajemen Sumber daya
manusia. Edisi
Revisi,
Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta.
Simamora, Henry, 2005. Marketing Management. Mc-Graw Hill Companies Inc.,
USA.
Stoner, Wastem., 2004. Human Resource Management Published by McGraw
Hill, USA.
Tudero, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Gomes, 2003, Human
Resource Management Handbook.
Published by Ohio
University Press.,
ANDI ADRYAN ALI Ir, 2012, Analisis Pengaruh Pengembangan Karir
Organisasi Terhadap Komitmen Karyawan Pada Kantor Pusat Pt. Bank Sulselbar
Kota Makassar.
Langganan:
Postingan (Atom)